Evaluasi enuresis nokturnal dimulai dengan anamnesis. Penting untuk menentukan apakah enuresis merupakan primer atau sekunder. Pola enuresis juga harus ditentukan, yaitu mencakup berapa malam per minggu dan berapa kali (episode) per malam. Pola asupan cairan malam hari harus dicatat, demikian pula asupan kafein jika ada.
Tabel 2. Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik serta interpretasinya.9
Gejala, tanda, kondisi | Interpretasi yang mungkin | Rujukan ke dokter spesialis |
Sering buang air kecil | Penurunan kapasitas kandung kemih | Ya |
Nokturia | Penurunan kapasitas kandung kemih | Ya |
Urgensi urinaria | | Ya |
Inkontinensia di siang hari | | Ya |
Kelainan aliran kemih atau interuptus | | Ya |
Urin merembes pada popok | Poliuria nokturnal | Tidak |
Urin volume besar pada buang air kecil pertama pagi hari | Poliuria nokturnal | Tidak |
Asupan air siang hari sedikit, haus saat pulang sekolah, mayoritas asupan air pada sore atau malam hari | Poliuria nokturnal | Tidak |
Haus, poliuria | Poliuria nokturnal, kemungkinan diabetes melitus atau diabetes insipidus | Tidak |
Sistitis | Penurunan kapasitas kandung kemih | Ya |
Konstipasi atau enkopresis | Penurunan kapasitas kandung kemih | Ya |
Mendengkur | Gangguan bangun tidur | Ya |
Tinja keras di abdomen | Konstipasi | Ya |
Tidak adanya jepitan anus | Neurogenic bladder | Ya |
Kelainan kulit lain di daerah vertebra lumbosakral | Neurogenic bladder | Ya |
Tidak ada perbaikan dengan terapi | | Ya |
Anamnesis harus mencakup pertanyaan mengenai poliuria, polidipsia, urgensi, frekuensi, disuria, kelainan aliran urin, riwayat infeksi saluran kemih, mengompol spontan, dan keluhan saluran cerna (15% anak dengan enuresis juga mengalami enkopresis). Riwayat gangguan tidur seperti sleep apnea atau insomnia dan riwayat neurologik maupun perkembangan harus ditanyakan. Riwayat keluarga juga membantu investigasi enuresis.
Pemeriksaan fisik harus mencakup palpasi abdomen untuk menilai ada/tidaknya massa tinja, pemeriksaan tulang belakang segmen bawah untuk menilai ada/tidaknya stigmata kutaneus disrafisme spinalis (pigmentasi pada linea vertebralis), penilaian jepitan anus, dan evaluasi kekuatan motorik, tonus, refleks, dan sensasi di tungkai untuk membuktikan ada/tidaknya neurogenic bladder. Anak-anak yang mengalami gejala mengompol di siang hari atau tidak membaik dengan terapi harus dirujuk ke dokter spesialis anak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar