Powered By Blogger

Search

Jumat, 28 Mei 2010

Terapi Baru Bagi Penderita Disleksia

Para peneliti menemukan disfungsi ini disebabkan oleh kondisi dari biokimia otak yang tidak stabil dan juga dalam beberapa hal akibat bawaan keturunan dari orang tua.

Jika pada anak normal kemampuan membaca sudah muncul sejak usia enam atau tujuh tahun, tidak demikian halnya dengan pasien disleksia. Sampai usia 12 tahun kadang mereka masih belum lancar membaca dan menulis. Bahkan sampai usia dewasa sekalipun mereka masih mengalami gangguan keduanya.

Seorang jutawan pebisnis AS, Wynford Dore, juga mempunyai seorang anak perempuan yang menderita disleksia. Akhirnya Dore mendirikan Dore Achievement Centers, sebuah yayasan yang merekrut semua ahli psikologi AS untuk khusus mempelajari ihwal disleksia. Yayasan ini akhirnya menemukan sebuah metode pengobatan yang terbilang baru dan kontroversial.

Berdasarkan penelitian ini ditemukan bahwa anak disleksia memiliki kekurangan pada aktivitas bagian otak yang bernama serebelum. Metode yang diajukan Dore adalah merancang latihan rutin setiap individu untuk menstimulasi daerah otak ini dengan sejumlah pembelajaran.

Riset ini didukung oleh sejumlah ahli neurologi dari seantero AS.
Yang unik, sebagian besar penderita disleksia adalah kaum lelaki. Dr. Michael Rutter dari King’s College, London membuktikan bahwa jumlah murid lelaki di sekolah yang menderita disleksia setidaknya dua kali jumlah murid perempuan. Rutter dan rekan telah menganalisis lebih dari 10.000 anak-anak di Selandia Baru yang diikutkan dalam uji membaca standar. Usia anak-anak itu berkisar antara 7-15 tahun. Disleksia ditemukan pada 18 hingga 22 persen murid lelaki. Sedangkan pada murid perempuan hanya sekitar 8-13 persen saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar