Powered By Blogger

Search

Jumat, 28 Mei 2010

Membantu Disleksia Dengan Homeopati, Terapi Visi, Syntonic Terapi Cahaya Dan Stimulasi Mikro.

Homoeopati

Homeopati adalah metode ilmiah terapi berdasarkan prinsip merangsang proses tubuh sendiri penyembuhan untuk mencapai menyembuhkan. Sistem dasar telah dibuat dan diverifikasi oleh Samuel Hahnemann, seorang dokter Jerman, hampir 200 tahun yang lalu. tingkat keberhasilan yang menakjubkan Homeopati di kedua kronis dan akut penyakit telah mengakibatkan tidak hanya berdiri ujian waktu, tetapi juga cepat mencapai penerimaan luas di Eropa, India dan Amerika Selatan.

Dalam Homeopati (”homeo-” berarti “sama”), masing-masing dari kita adalah individu yang total dan lengkap, tidak ada aspek yang dapat dipisahkan dari yang lain. Agar efektif, setiap terapi yang valid harus didasarkan pada pemahaman yang mendalam dan menghormati keunikan setiap individu. Dalam homoeopati setiap pasien dievaluasi secara keseluruhan orang-mental, emosional dan fisik. Obat resep didasarkan pada pola khusus yang ditemukan pada ketiga tingkat. Ini berarti bahwa setiap orang diberi obat yang akan merangsang tubuh tertentu nya untuk menyembuhkan. Sepuluh orang dengan disleksia mungkin menerima sepuluh obat homeopati yang berbeda.

Maria Chivers, Penulis Disleksia Dan Alternatif Terapi, menyatakan bahwa “Homeopati membantu tubuh untuk mengatasi penyakit dengan merangsang pertahanan alami proses dari dalam”.

Visi terapi

Banyak gejala yang umumnya terkait dengan disleksia juga dapat merupakan hasil dari masalah penglihatan. Visi alamat terapi masalah yang disebabkan dari kelemahan pada otot mata dan masalah lain, melalui serangkaian sesi latihan dan keterampilan-bangunan, atau dengan perangkat fisik seperti lensa khusus.

Ada beberapa keterampilan visual dasar yang penting untuk membaca. Yang pertama adalah pencarian atau kemampuan untuk mengikuti sasaran yang bergerak. Ketika membaca, perlu untuk mengikuti dan melacak kata-kata secara berurutan. Miskin pursuits menyebabkan hilangnya tempat Anda dan melompat maju mundur saat membaca. keterampilan lain adalah gerakan saccadic. Ini adalah kemampuan untuk mengubah fiksasi. Ketika datang ke akhir kalimat perlu untuk mengubah fiksasi ke baris berikutnya. Dua contoh umum dari masalah yang dapat diatasi dengan terapi visi pelacakan atau masalah konvergensi. Pelacakan berarti ‘bahwa seseorang tidak dapat menggunakan mata mereka untuk memindai teks kiri-ke-kanan. ‘Konvergensi’ atau ‘bekerja sama’ berarti bahwa kedua mata tidak bekerja sama dengan baik, sehingga orang dapat melihat ganda, atau mungkin kurangnya visi berkenaan dgn teropong. Ada latihan khusus mata untuk mengembangkan keterampilan ini untuk membantu mata bekerja lebih baik dan lebih efisien.

Syntonic terapi cahaya.

Sistem otonom memiliki dua bagian, yaitu simpatis dan parasimpatis. The simpatik bertanggung jawab untuk kelangsungan hidup atau “melawan atau” penerbangan, dan parasimpatis bertanggung jawab atas tubuh mempertahankan hidup, seperti pencernaan dan penyakit penyembuhan. Ketika Anda melarikan diri dari beruang grizzly, tubuh Anda tidak peduli dengan mencerna makanan Anda! Stres – ya kita telah mendengar kata itu – STRES tentu memberikan kontribusi terhadap penyakit dan stres juga dapat menjadi bahan bakar yang mendukung penyembuhan penyakit dan mencegah Mekanisme stres dapat di-merangsang sistem saraf simpatik dan menekan parasimpatik.. Ketika sistem parasimpatis ditekan, tubuh memiliki waktu yang sulit untuk menyembuhkan penyakit. Penyembuhan tidak akan terjadi kecuali ada keseimbangan dalam sistem otonom. Terapi Warna dapat membantu. Spektrum merah telah didokumentasikan untuk merangsang sistem simpatik Tidak, kita tidak ingin ini karena sebagian besar kehidupan kita. Mengurus ini sangat bagus! Warna merah dikaitkan dengan marah dan peningkatan denyut jantung dan peningkatan tekanan darah. Biru, di sisi lain, akan bersantai sistem simpatis dan parasimpatis merangsang. Ini adalah langkah pertama menuju penyembuhan penyakit. Pikirkan tentang bagaimana santai air laut biru dan langit biru dapat! A liburan ke pantai bisa sangat penyembuhan.

Dalam disleksia, bidang visual atau bidang penglihatan tepi sering berkurang. Hal ini membuat kegiatan membaca dan dekat lainnya sangat sulit. Bayangkan mencoba membaca melihat melalui pembukaan kecil inci! Light terapi dapat membantu untuk memperluas lapangan visual dan membuka penglihatan tepi.

Mikro

Mikro yang telah digunakan selama 15 tahun terakhir untuk membantu meningkatkan visi. Mekanisme dirasakan menjadi tiga kali lipat, meningkatkan sirkulasi darah ke mata, merangsang fungsi sel-sel retina, dan mungkin dalam regenerasi sel. Pengaruh 10-500 amp mikro pada tingkat sel telah didokumentasikan oleh Dr Cheng untuk meningkatkan produksi ATP oleh 500%, meningkatkan sintesis protein sebesar 70% dan meningkatkan transportasi sel sebesar 40%.

Sebuah teknik baru, yang disebut Frekuensi mikro Tertentu (FSM) telah menghasilkan perbaikan dramatis dalam pengobatan berbagai gangguan mata. Akar mikro Frekuensi Tertentu (FSM) tanggal kembali ke awal 1900-an Dr Albert Abrams, yang merupakan dokter pertama mampu mendeteksi radiasi dari jaringan hidup untuk menggunakan instrumen dikalibrasi. Dr Abrams menyimpulkan bahwa semua materi memancarkan energi elektromagnetik dan karakteristik dari radiasi tergantung pada struktur molekul yang unik.
Modern FSM menggunakan ratusan frekuensi dalam kisaran ,01-999 Hz dengan berbagai intensitas 20-600 amp mikro.

Dalam perawatan disleksia, berbagai frekuensi digunakan untuk menyeimbangkan sistem saraf otonom, menstimulasi aktivitas sistem visual dan pusat belajar.

Tatalaksana

Tatalaksana disleksia diarahkan pada kehidupan penderita. Pada anak yang masih kecil tatalaksana diarahkan pada perbaikan. Setelah anak semakin besar maka tatalaksana diarahkan pada proses adaptasi.

Program intervensi yang diberikan merupakan faktor-faktor penting dalam membaca yaitu mengajarkan anak untuk memanipulasi fonem dengan huruf, memfokuskan instruksi pada satu atau dua jenis manipulasi fonem, pola pengajaran dalam kelompok kecil, dan instruksi yang sistematis dan eksplisit. Intervensi yang efektif akan mengajarkan anak untuk mengerti bagaimana huruf berhubungan dengan suara dari huruf tersebut serta pola mengeja.

Kefasihan ditunjukkan dengan kemampuan membaca secara oral dengan kecepatan yang cukup, akurat dan ekspresi yang tepat. Kefasihan sangat penting karena membutuhkan pengenalan kata yang ototmatis. Meskipun kefasihan merupakan hal yang sangat penting dalam tatalaksana tetapi sering hal ini dilupakan. Cara yang paling efektif untuk mengasah kefasihan adalah dengan mengulang membaca secara oral dengan bimbingan, hal ini dapat dilakukan dengan bimbingan guru, orang dewasa atau teman sebaya dengan pemberian umpan balik sesudahnya. Umpan balik merupakan hal yang penting dan tidak boleh dilupakan.

Tatalaksana disleksia pada anak usia SMP-SMA serta perguruan tinggi lebih ditujukan pada adaptasi dan penerimaan. Pada anak usia ini biasanya penderita tidak menunjukkan kelainan dalam pengenalan kata tetapi akan mengalami kesulitan dalam membaca sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama. Pada penderita tambahan dalam membaca dan mengerti hal yang dibaca. Selain itu dapat dipergunakan alat bantu tambahan seperti laptop yang dilengkapi program untuk memperbaiki ejaan, penggunaan alat perekam, bantuan tutor serta penggunaan kelas terpisah yang tidak ramai saat hujan. Sangat penting untuk ditekankan bahwa disleksia tidak berhubungan dengan tingkat kepandaian.

Orangtua sangat sering menanyakan mengenai tatalaksana disleksia, tetapi perlu ditekankan bahwa sangat sedikit data mengenai tatalaksana disleksia. Selain itu tatalaksana bukan merupakan terapi sesaat tetapi lebih kepada terapi yang berkesinambungan.

Pemeriksaan Fisis Dan Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan fisis memiliki peran yang sangat terbatas dalam mendiagnosis disleksia. Gangguan sensori primer harus disingkirkan. Pemeriksaan neurologik pada penderita disleksia biasanya normal.

Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan radiologis, elektroensefalografi dan analisis kromosom hanya dilakukan jika terdapat indikasi klinis. Pada kasus tertentu, pemeriksaan genetik harus dilakukan jika terdapat indikasi klinis. Pada kasus tertentu, pemeriksaan genetik harus dilakukan mengingat terdapat kelainan genetik seperti sindrom Klinefelter yang berhubungan dengan kesulitan bahasa dan mambaca.

Penilaian Membaca

Membaca dinilai berdasarkan analisis, kefasihan dan pemahaman. Tes yang dapat digunakan untuk menilai fonologi anak adalah Comprehensive Test of Phonological (CTOPP). Tes ini mencakup kepekaan fonologik, analisa fonologik dan menghapal. Tes ini telah distandarisasi di Amerika Serikat untuk anak usia 5 tahun sampai dewasa.

Pada anak usia sekolah salah satu tes yang penting adalah menilai apakah anak tersebut dapat menganalisis kata. Tes yang digunakan adalah Woodcock-Johnson III dan Woodcock Reading Mastery Test. Kefasihan berbicara dinilai dengan Gary Oral Reading Test. Untuk menilai kecepatan membaca suatu kata digunakan Test of World Reading Efficiency (TOWRE).

Sebagai uji tapis bagi para dokter, disarankan untuk mendengarkan dengan seksama saat anak membaca yang sesuai dengan usianya.

Deteksi Dini Disleksia Pada Anak

Kesulitan membaca yang tidak diharapkan (kesulitan membaca pada seseorang yang tidak sesuai dengan kemampuan kognitif orang tersebut atau tidak sesuai dengan usia, tingkat kepandaian dan tingkat pendidikan), selain itu terdapat masalah yang berhubungan dengan proses fonologik.

Pada anak usia prasekolah, adanya riwayat keterlambatan berbahasa atau tidak tampaknya bunyi dari suatu kata (kesulitan bermain kata-kata yang berirama, kebingungan dalam menghadapi kata-kata yang mirip, kesulitan belajar mengenal huruf) disertai dengan adanya riwayat keluarga yang menderita disleksia, menunjukkan faktor risiko yang bermakna untuk menderita disleksia.

Pada anak usia sekolah biasanya keluhan berupa kurangnya tampilan di sekolah tetapi sering orangtua dan guru tidak menyadari bahwa anak tersebut mengalami kesulitan membaca.

Biasanya anak akan terlihat terlambat berbicara, tidak belajar huruf di taman kanak-kanak dan tidak belajar membaca pada sekolah dasar. Anak tersebut akan makin tertinggal dalam hal pelajaran sedangkan guru dan orangtua biasanya makin heran mengapa anak dengan tingkat kepandaian yang baik mengalami kesulitan membaca.

Walaupun anak telah diajarkan secara khusus, biasanya anak tersebut akan dapat membaca tetapi lebih lambat. Anak tidak akan fasih membaca dan tidak dapat mengenali huruf secara tepat. Disgrafia biasanya menyertai disleksia. Selain itu penderita disleksia akan mengalami gangguan kepercayaan diri.

Terapi Baru Bagi Penderita Disleksia

Para peneliti menemukan disfungsi ini disebabkan oleh kondisi dari biokimia otak yang tidak stabil dan juga dalam beberapa hal akibat bawaan keturunan dari orang tua.

Jika pada anak normal kemampuan membaca sudah muncul sejak usia enam atau tujuh tahun, tidak demikian halnya dengan pasien disleksia. Sampai usia 12 tahun kadang mereka masih belum lancar membaca dan menulis. Bahkan sampai usia dewasa sekalipun mereka masih mengalami gangguan keduanya.

Seorang jutawan pebisnis AS, Wynford Dore, juga mempunyai seorang anak perempuan yang menderita disleksia. Akhirnya Dore mendirikan Dore Achievement Centers, sebuah yayasan yang merekrut semua ahli psikologi AS untuk khusus mempelajari ihwal disleksia. Yayasan ini akhirnya menemukan sebuah metode pengobatan yang terbilang baru dan kontroversial.

Berdasarkan penelitian ini ditemukan bahwa anak disleksia memiliki kekurangan pada aktivitas bagian otak yang bernama serebelum. Metode yang diajukan Dore adalah merancang latihan rutin setiap individu untuk menstimulasi daerah otak ini dengan sejumlah pembelajaran.

Riset ini didukung oleh sejumlah ahli neurologi dari seantero AS.
Yang unik, sebagian besar penderita disleksia adalah kaum lelaki. Dr. Michael Rutter dari King’s College, London membuktikan bahwa jumlah murid lelaki di sekolah yang menderita disleksia setidaknya dua kali jumlah murid perempuan. Rutter dan rekan telah menganalisis lebih dari 10.000 anak-anak di Selandia Baru yang diikutkan dalam uji membaca standar. Usia anak-anak itu berkisar antara 7-15 tahun. Disleksia ditemukan pada 18 hingga 22 persen murid lelaki. Sedangkan pada murid perempuan hanya sekitar 8-13 persen saja.

Cara Yang Dilakukan Oleh Orang Tua Terhadap Anak Disleksia

Orang tua dapat melakukan program phonic di rumah dengan cara-cara sebagai berikut.:


1. Cobalah membuat jadwal harian untuk membiasakannya membaca.

2. Istirahatlah barang sejenak apabila anak Anda terlihat kelelahan, lapar atau mulai jenuh.

3. Jangan memberikan pelajaran terlalu lama dan banyak ketika baru pertama kali melakukannya.

4. Buatlah target-target yang ingin dicapai.

5. Beri reward & punishment pada anak setiap melakukan kemajuan dan kesalahan.

6. Buat kesan pada kata-kata yang ada dalam cerita ketika dibacakan, anak tidak berarti harus mengulang kata.

7. Mulailah dengan membaca beberapa halaman atau paragraf pertama dari sebuah cerita dengan suara keras agar anak Anda terpancing untuk menyimak.

8. Buatlah aktivitas-aktivitas yang variatif dengan memberikan beberapa sesi untuk mengerjakan permainan-permainan huruf di samping aktivitas membaca.

9. Jadikan sesi ini sebagai pengganti sesi membaca denga suara keras di hadapan anak Anda.

Berdasarkan bukti-bukti yang ada, pendekatan yang paling baik adalah dengan menggunakan guru kelas regular untuk anak-anak tersebut. Namun, apabila masih kesulitan, guru tersebut bisa dibantu oleh seorang spesialis, yang akan memberikan pelajaran membaca berikut penjelasan phonic.

Menulis Pada Anak Disleksia

Ketika belajar menulis, anak-anak disleksia melakukan hal-hal berikut.


1. Menuliskan huruf-huruf dengan urutan yang salah dalam sebuah kata;

2. Tidak menuliskan sejumlah huruf-huruf dalam kata-kata yang ingin ia tulis;

3. Menambahkan huruf-huruf pada kata yang ingin ia tulis;

4. Mengganti satu huruf dengan huruf lainnya, sekalipun bunyi huruf-huruf tersebut tidak sama;

5. Menuliskan sederetan huruf yang tidak memiliki hubungan sama sekali dengan bunyi kata kata yang ingin ia tuliskan;

6. Mengabaikan tanda-tanda baca yang terdapat dalam teks-teks yang sedang ia baca.

Pengobatan Disleksia

  1. Educational approachdan phonic lessons.

Apabila orangtua dan guru mulai mencurigai bahwa anak mengidap disleksia, hendaknya segera berkonsultasi dengan psikolog atau klinik / sekolah pengajaran khusus(special education) untuk mendapatkan informasi mengenai cara penangan yang sebaiknya dilakukan untuk membantu anak dalam meningkatkan perkembangan membacanya. Anak disleksia tidak selamanya tidak mampu membaca dan menulis.

Apabila mendapat penanganan yang tepat dan intensif,anak disleksia akan dapat membaca sama seperti anak normal lainnya. Bahkan bisa ber-IQ lebih tinggi dari anak mormal.

  1. Metode multi-sensory.

Dengan metode yang terintegrasi, anak akan diajarkan mengeja tidak hanya berdasarkan apa yang didengarnya lalu diucapkan kembali, tapi juga memanfaatkan kemampuan memori visual (penglihatan) serta taktil (sentuhan).

Cara ini dilakukan untuk memungkinkan terjadinya asosiasi antara pendengaran, penglihatan dan sentuhan sehingga mempermudah otak bekerja mengingat kembali huruf-huruf.

  1. Membangun rasa percaya diri.

Jangan pernah menganggap anak bodoh dan lamban dalam melakukan apapun. Bantulah anak menemukan keunggulan diri, agar bisa merasa bangga dan tidak pesimis terhadap hambatan yang saat ini sedang diatasi. Kalau perlu, jelaskan pada mereka figur-figur orang terkenal yang mampu mengatasi problem disleksianya dan melakukan sesuatu yang berguna untuk masyarakat.

Penyebab Disleksia

  1. Genetik/ keturunan.

Disleksia cenderung terdapat pada keluarga yang mempunyai anggota kidal. Namun, orang tua yang disleksia tidak secara otomatis menurunkan gangguan ini pada anak-anaknya, atau anak kidal pasti disleksia.

  1. Memiliki masalah pendengaran sejak usia dini.

Jika kesulitan tidak terdeteksi sejak dini, maka otak yang sedang berkembang akan sulit menghubungkan bunyi atau suara yang didengarnya dengan huruf atau kata yang dilihatnya.

  1. Faktor kombinasi.

Merupakan kombinasi dari dua hal diatas. Faktor kombinasi ini menyebabkan anak yang disleksia menjadi kian serius atau parah, hingga perlu penanganan menyeluruh dan kontinyu.

Ciri-Ciri Disleksia

  1. Lambat bicara jika dibandingkan kebanyakan anak seusianya dan tidak dapat mengucapkan kata-kata secara benar.
  2. Lambat mengenali alfabet, angka, hari, minggu, bulan, warna, bentuk dan informasi mendasar lainnya. Serta sulit dalam mengurutkan huruf-huruf dalam kata.
  3. Sulit menyuarakan fonem (satuan bunyi) dan memadukannya menjadi sebuah kata.
  4. Sulit mengeja secara benar. Bahkan mungkin anak akan mengeja satu kata dengan bermacam ucapan.
  5. Sulit mengeja kata atau suku kata dengan benar. Anak bingung menghadapi huruf yang mempunyai kemiripan bentuk seperti b – d, u – n, m – n.
  6. Membaca satu kata dengan benar di satu halaman, tapi salah di halaman lainnya.
  7. Kesulitan dalam memahami apa yang dibaca.
  8. Sering terbalik dalam menuliskan atau mengucapkan kata. Misalnya kata ”gajah” ducapkan menjadi ”gagah”, "pelajaran" dibaca "perjalanan".
  9. Rancu dengan kata-kata yang singkat, misalnya ke, dari, dan, jadi.
  10. Bingung menentukan tangan mana yang dipakai untuk menulis.
  11. Terdapat jarak pada huruf-huruf dalam rangkaian kata. Tulisannya tidak stabil, kadang naik, kadang turun.
  12. Punya kebiasaan membaca terlalu cepat hingga salah mengucapkan kata atau bahkan terlalu lambat dan terputus-putus.
  13. Rancu dalam memahami konsep kiri kanan, atas-bawah, utara-selatan, timur-barat.
  14. Memegang alat tulis terlalu kuat/keras
  15. Rancu atau bingung dengan simbol-simbol matematis. Misalnya tanda +, -, x, :, dan sebagainya.
  16. Sulit mengikuti lebih dari sebuah instruksi dalam satu waktu yang sama.
  17. Lupa mencantunkan huruf besar, serta lupa meletakkan tanda-tanda baca lainnya, seperti titik atau koma.
  18. Menulis huruf dan angka dengan hasil yang kurang baik/ tulisannya jelek sekali.

Mengajarkan Anak Disleksia Membaca

Bayangkan Anda sedang berada di Cina atau Arab. Bayangkan Anda berada di tempat umum yang semua petunjuknya ditulis dengan tulisan Cina atau Arab. Apakah Anda mengerti? Ataukah Anda bingung? Atau malah Anda beranggapan bahwa semua itu hanyalah sebuah tulisan-tulisan keriting yang tidak ada maknanya?

Begitulah kira-kira keadaan anak yang menderita gangguan belajar spesifik disleksia. Mereka terjebak dalam dunia yang penuh dengan tulisan-tulisan yang tidak dimengerti. Istilah disleksia mengacu pada gangguan membaca yang dimiliki oleh seseorang, seperti kesulitan membaca, memahami bacaan, kesulitan membedakan huruf yang mirip seperti b, d, q, p, v, u, n, dan lainnya. Berbeda dengan slow learner, anak yang didiagnosis disleksia harus memiliki IQ rata-rata atau di atas rata-rata.

Jika anak Anda dalam tahap belum bisa membedakan mana huruf-huruf yang mirip seperti b dan d, maka cara pengajaran yang perlu dilakukan adalah mempelajari hurufnya satu persatu. Misalnya fokuskan pengajaran kali ini pada huruf b. Tulislah huruf b dalam ukuran yang besar kemudian mintalah anak untuk mengucapkan sembari tangannya mengikuti alur huruf b atau membuat kode tertentu oleh tangan. Latihlah dan perkuatlah terus menerus sampai ia bisa menguasainya, setelah itu mulailah beranjak ke huruf d.


Terdapat dua cara untuk mengajarkan anak membaca kata-kata: melihat dan mendengar kata tersebut satu persatu. Buatlah kata yang dicetak dalam ukuran besar – misalnya ‘buku’, setelah itu kita ucapkan ‘buku’, lalu mintalah anak mengulangi apa yang kita ucapkan yaitu ‘buku’. Tunjukanlah kata tersebut terus menerus, tambahkanlah beberapa kata yang sudah ia ketahui, hingga ia mengenali dan dapat mengucapkannya langsung begitu ia melihat kata ‘buku’.

Ada beberapa anak yang sudah bisa membaca namun ia memiliki masalah dengan pemahaman (comprehension). Menurut Baumer (1996) ada beberapa cara mengajar jika pemahaman anak Anda lemah:

1. Memilih cerita yang menarik pada level dimana 98% ia bisa memahami kata-kata dalam cerita tersebut. Mintalah ia untuk membacakan secara keras dan bilang kepada kita apa yang telah ia baca.

2. Jika anak tidak bisa melakukan ini, mintalah ia membaca tanpa bersuara, berhenti setiap paragraph dan menceritakan kepada kita apa yang telah ia baca.

3. Ketika pemahamannya berkembang, tambahkan jumlah paragraph yang ia baca hingga ia bisa membaca dan paham keseluruhan halaman.

4. Untuk membantu pemahamannya, Anda bisa memberikan arahan: menurutmu apa yang dirasakan si tokoh? Apa yang akan terjadi selanjutnya? Bagaimana akhir ceritanya?

Berdasarkan pengalaman saya mengajarkan anak disleksia, sebelum kita mengajarkannya mengenai pemahaman, kita harus mengidentifikasi sejauh mana kemampuannya. Jika ia tidak mampu memahami satu halaman, potonglah menjadi beberapa paragraph. Jika ia tidak bisa memahami beberapa paragraph, potonglah menjadi satu paragraf, dan seterusnya hingga sampai pada satu kalimat.

Membaca cerita bersama anak dirasa cukup efektif karena kita bisa langsung cross-check langsung pemahamannya. Misalnya ketika anak tidak paham kata ‘terbit, kita bisa menganalogikan ‘terbit’ dengan bertanya ‘kalau pagi hari, matahari muncul atau menghilang?’ lalu ketika anak menjawab ‘muncul’ kita menjelaskan bahwa itulah yang dimaksud dengan ‘terbit’. Menganalogikan kata-kata tidak dimengerti dapat mengajarkan anak untuk memberi tanda kata-kata yang belum ia pahami.

Dalam mengajari anak disleksia, kita harus hati-hati untuk tidak mengkritik terlalu jauh karena anak yang menderita disleksia rawan untuk memiliki motivasi dan self-esteem yang jatuh. Ketika anak mulai menyadari ia memiliki kesulitan dalam membaca dan ia sudah tertinggal jauh dari teman-temannya, ia akan membenci pelajaran membaca dan langsung menyerah (mogok) ketika menghadapi kata yang sulit. Aksi mogok ini bisa disiasati dengan cara belajar membaca melalui minatnya. Misalnya pada anak yang memiliki minat memasak, kita bisa mengajarkan membaca resep dan menyuruhnya memasak. Dari situ kita melihat sejauh mana pemahamannya terhadap bacaan.

Mengajar membaca anak disleksia adalah proses yang tidak mudah. Anak disleksia memiliki short term memory yang terbatas dan kosa kata yang minim sehingga membutuhkan banyak penguatan. Variaskan metode melalui permainan kata atau mengajak anak jalan-jalan sambil mengajari membaca tulisan-tulisan yang ada. Dan hal yang terpenting dalam proses pembelajaran ini adalah berilah apresiasi pada sekecil apapun perkembangannya.

Apa Yang Dapat Dilakukan Terhadap Anak Disleksia?

  • Adanya komunikasi dan pemahaman yang sama mengenai anak disleksia antara orang tua dan guru
  • Anak duduk di barisan paling depan di kelas
  • Guru senantiasa mengawasi / mendampingi saat anak diberikan tugas, misalnya guru meminta dibuka halaman 15, pastikan anak tidak tertukar dengan membuka halaman lain, misalnya halaman 50
  • Guru dapat memberikan toleransi pada anak disleksia saat menyalin soal di papan tulis sehingga mereka mempunyai waktu lebih banyak untuk menyiapkan latihan (guru dapat memberikan soal dalam bentuk tertulis di kertas)
  • Anak disleksia yang sudah menunjukkkan usaha keras untuk berlatih dan belajar harus diberikan penghargaan yang sesuai dan proses belajarnya perlu diseling dengan waktu istirahat yang cukup.
  • Melatih anak menulis sambung sambil memperhatikan cara anak duduk dan memegang pensilnya. Tulisan sambung memudahkan murid membedakan antara huruf yang hampir sama misalnya ’b’ dengan ’d’. Murid harus diperlihatkan terlebih dahulu cara menulis huruf sambung karena kemahiran tersebut tidak dapat diperoleh begitu saja. Pembentukan huruf yang betul sangatlah penting dan murid harus dilatih menulis huruf-huruf yang hampir sama berulang kali. Misalnya huruf-huruf dengan bentuk bulat: ”g, c, o, d, a, s, q”, bentuk zig zag: ”k, v, x, z”, bentuk linear: ”j, t, l, u, y”, bentuk hampir serupa: ”r, n, m, h”.
  • Guru dan orang tua perlu melakukan pendekatan yang berbeda ketika belajar matematika dengan anak disleksia, kebanyakan mereka lebih senang menggunakan sistem belajar yang praktikal. Selain itu kita perlu menyadari bahwa anak disleksia mempunyai cara yang berbeda dalam menyelesaikan suatu soal matematika, oleh karena itu tidak bijaksana untuk ”memaksakan” cara penyelesaian yang klasik jika cara terebut sukar diterima oleh sang anak.
  • Aspek emosi. Anak disleksia dapat menjadi sangat sensitif, terutama jika mereka merasa bahwa mereka berbeda dibanding teman-temannya dan mendapat perlakukan yang berbeda dari gurunya. Lebih buruk lagi jika prestasi akademis mereka menjadi demikian buruk akibat ”perbedaan” yang dimilikinya tersebut. Kondisi ini akan membawa anak menjadi individu dengan ”self-esteem” yang rendah dan tidak percaya diri. Dan jika hal ini tidak segera diatasi akan terus bertambah parah dan menyulitkan proses terapi selanjutnya. Orang tua dan guru seyogyanya adalah orang-orang terdekat yang dapat membangkitkan semangatnya, memberikan motivasi dan mendukung setiap langkah usaha yang diperlihatkan anak disleksia. Jangan sekali-sekali membandingkan anak disleksia dengan temannya, atau dengan saudaranya yang tidak disleksia.

Apakah Disleksia Dapat Disembuhkan?

Penelitian retrospektif menunjukkan disleksia merupakan suatu keadaan yang menetap dan kronis. “Ketidak mampuannya” di masa anak yang nampak seperti “menghilang” atau “berkurang” di masa dewasa bukanlah kareana disleksia nya telah sembuh namun karena individu tersebut berhasil menemukan solusi untuk mengatasi kesulitan yang diakibatkan oleh disleksia nya tersebut.

Mengingat demikian “kompleks”nya keadaan disleksia ini, maka sangat disarankan bagi orang tua yang merasa anaknya menunjukkan tanda-tanda seperti tersebut di atas, agar segera membawa anaknya berkonsultsi kepada tenaga medis profesional yang kapabel di bidang tersebut. Karena semakin dini kelainan ini dikenali, semakin “mudah” pula intervensi yang dapat dilakukan, sehingga anak tidak terlanjur larut dalam kondisi yang lebih parah.

Siapa saja yang dapat mengalami disleksia?

Siapa saja, tanpa memandang jenis kelamin, suku bangsa atau latar belakang sosio-ekonomi-pendidikan, bisa mengalami disleksia, namun riwayat keluarga dengan disleksia merupakan factor risiko terpenting karena 23-65% orangtua disleksia mempunyai anak disleksia juga.

Pada awalnya anak lelaki dianggap lebih banyak menyandang disleksia, tapi penelitian – penelitian terkini menunjukkna tidak ada perbedaan signifikan antara jumlah laki dan perempuan yang menglami disleksia. Namun karena sifat perangai laki-laki lebih kentara jika terdapat tingkah laku yang bermasalah, maka sepertinya kasus disleksia pada laki-laki lebih sering dikenali dibandingkan pada perempuan.

Jenis-Jenis Disleksia

Sebagian ahli membagi disleksia sebagai visiual, disleksia auditori dan disleksia kombinasi (visual-auditori). Sebagian ahli lain membagi disleksia berdasarkan apa yang dipersepsi oleh mereka yang mengalaminya yaitu persepsi pembalikan konsep (suatu kata dipersepsi sebagai lawan katanya), persepsi disorientasi vertical atau horizontal (huruf atau kata berpindah tempat dari depan ke belakang atau sebaliknya, dari barisan atas ke barisan bawah dan sebaliknya), persepsi teks terlihat terbalik seperti di dalam cermin, dan persepsi di mana huruf atau kata-kata tertentu jadi seperti “ menghilang.”

Disleksia

Disleksia (Dyslexia) adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis.

Pada umumnya keterbatasan ini hanya ditujukan pada kesulitan seseorang dalam membaca dan menulis, akan tetapi tidak terbatas dalam perkembangan kemampuan standar yang lain seperti kecerdasan, kemampuan menganalisa dan juga daya sensorik pada indera perasa.

Terminologi disleksia juga digunakan untuk merujuk kepada kehilangan kemampuan membaca pada seseorang dikarenakan akibat kerusakan pada otak. Disleksia pada tipe ini sering disebut sebagai "Alexia". Selain mempengaruhi kemampuan membaca dan menulis, disleksia juga ditenggarai juga mempengaruhi kemampuan berbicara pada beberapa pengidapnya.

Disleksia tidak hanya terbatas pada ketidakmampuan seseorang untuk menyusun atau membaca kalimat dalam urutan terbalik tetapi juga dalam berbagai macam urutan, termasuk dari atas ke bawah.

Para peneliti menemukan disfungsi ini disebabkan oleh kondisi dari biokimia otak yang tidak stabil dan juga dalam beberapa hal akibat bawaan keturunan dari orang tua.

Tokoh-tokoh terkenal yang diketahui mempunyai disfungsi dyslexia adalah Albert Einstein, Tom Cruise, Orlando Bloom, Whoopi Goldberg, dan Vanessa Amorosi

Senin, 17 Mei 2010

10 Jenis Terapi Autisme


Akhir-akhir ini bermunculan berbagai cara / obat / suplemen yang ditawarkan dengan iming-iming bisa menyembuhkan autisme. Kadang-kadang secara gencar dipromosikan oleh si penjual, ada pula cara-cara mengiklankan diri di televisi / radio / tulisan-tulisan.

Para orang tua harus hati-hati dan jangan sembarangan membiarkan anaknya sebagai kelinci percobaan. Sayangnya masih banyak yang terkecoh , dan setelah mengeluarkan banyak uang menjadi kecewa oleh karena hasil yang diharapkan tidak tercapai.

Dibawah ini ada 10 jenis terapi yang benar-benar diakui oleh para professional dan memang bagus untuk autisme. Namun, jangan lupa bahwa Gangguan Spectrum Autisme adalah suatu gangguan proses perkembangan, sehingga terapi jenis apapun yang dilakukan akan memerlukan waktu yang lama. Kecuali itu, terapi harus dilakukan secara terpadu dan setiap anak membutuhkan jenis terapi yang berbeda.

1) Applied Behavioral Analysis (ABA)

ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan penelitian dan didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya. Saat ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia.

2) Terapi Wicara

Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang.

Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain.

Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong.

3) Terapi Okupasi

Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot -otot halusnya dengan benar.

4) Terapi Fisik

Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya.

Kadang-kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.

5) Terapi Sosial

Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang komunikasi dan interaksi . Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat bermain. Seorang terqapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara2nya.

6) Terapi Bermain

Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan pertolongan dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara, komunikasi dan interaksi social. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan teknik-teknik tertentu.

7) Terapi Perilaku.

Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya,

8) Terapi Perkembangan

Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.

9) Terapi Visual

Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi melalui gambar-gambar, misalnya dengan metode …………. Dan PECS ( Picture Exchange Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan ketrampilan komunikasi.

10) Terapi Biomedik

Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam DAN! (Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik. Mereka sangat gigih melakukan riset dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini diperparah oleh adanya gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan. Terrnyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh sendiri (biomedis).

Ciri-Ciri Anak Autisme Menurut Usia

CIRI CIRI ANAK AUTISME MENURUT USIA

Gejala anak autis bisa dilihat dari usia dini, karena itu coba perhatikan anak anda dalam setiap tahap. Terkadang orangtua tidak terlalu peka terhadap tingkah laku anak, jangan samapai terlambat. Walau autis ini tidak penyakit, tetapi gangguan kelemahan terhadap sistim saraf akibat faktor geneti yang lemah. Tapi anak autis ini perlu perhatian yang lebih ekstra sekali. Perinsip penanganan anak peyandang autis ini sejak awal dan berikut ini gejala autis ini berdasarkan usia:

Usia 0 – 6 bulan. Apabila anak anda terlalu tenang dan jarang menangis, terlalu sensitive, gerakan tangan dan kaki yang terlalu berlebihanterutama pada saat mandi. Tidak pernah terjadi kontak mata atau senyum yang secara social, dan digendongakan mengepal tangan atau menegangkan kaki secara berlebihan.

Usia 6 – 12 bulan. Kalau digendong kaku atu tegang dantidak berenterasi atautidak tertarik pada maianan atu tidak beraksi terhadap suara atau kata. Dan selalu memandang suatu benda atau tangannya sendiri secara lama. Itu akibatterlambat dalam perkembangan motorik halus dan kasar.

Usia 2 - 3 tahun. Tidak berminat atau bersosialisasi terhadap anak-anak lain dan kontak mata tidak nyambung dan tidak pernah focus.juga kaku terhadap orang lain dan masih senang digendong dan malas mengerakan tubuhnya.

Usia 4 – 5 tahun. Sukanya anak ini berteriak-teriak dan suka membeo atau menirukan suara orang dan mengeluarkan suara-suara aneh. Dan gampang marag atau emosi apabila rutinitasnya diganggu dan kemauanya tidak dituruti dan agresif dam mudah menyakiti diri sendiri.

Terapi Bagi Individu dengan Autisme

Bila ada pertanyaan mengenai terapi apa yang efektif? Maka jawaban atas pertanyaan ini sangat kompleks, bahkan para orang tua dari anak-anak dengan autisme pun merasa bingung ketika dihadapkan dengan banyaknya treatment dan proses pendidikan yang ditawarkan bagi anak mereka. Beberapa jenis terapi bersifat tradisional dan telah teruji dari waktu ke waktu sementara terapi lainnya mungkin baru saja muncul. Tidak seperti gangguan perkembangan lainnya, tidak banyak petunjuk treatment yang telah dipublikasikan apalagi prosedur yang standar dalam menangani autisme. Bagaimanapun juga para ahli sependapat bahwa terapi harus dimulai sejak awal dan harus diarahkan pada hambatan maupun keterlambatan yang secara umum dimiliki oleh setiap anak autis, misalnya; komunikasi dan persoalan-persolan perilaku. Treatment yang komprehensif umumnya meliputi; Terapi Wicara (Speech Therapy), Okupasi Terapi (Occupational Therapy) dan Applied Behavior Analisis (ABA) untuk mengubah serta memodifikasi perilaku.

Berikut ini adalah suatu uraian sederhana dari berbagai literatur yang ada dan ringkasan penjelasan yang tidak menyeluruh dari beberapa treatment yang diakui saat ini. Menjadi keharusan bagi orang tua untuk mencari tahu dan mengenali treatment yang dipilihnya langsung kepada orang-orang yang profesional dibidangnya. Sebagian dari teknik ini adalah program menyeluruh, sedang yang lain dirancang menuju target tertentu yang menjadi hambatan atau kesulitan para penyandangnya.

§ Educational Treatment, meliputi tetapi tidak terbatas pada: Applied Behavior Analysis (ABA) yang prinsip-prinsipnya digunakan dalam penelitian Lovaas sehingga sering disamakan dengan Discrete Trial Training atau Intervensi Perilaku Intensif.

§ Pendekatan developmental yang dikaitkan dengan pendidikan yang dikenal sebagai Floortime.

§ TEACCH (Treatment and Education of Autistic and Related Communication – Handicapped Children).

§ Biological Treatment, meliputi tetapi tidak terbatas pada: diet, pemberian vitamin dan pemberian obat-obatan untuk mengurangi perilaku-perilaku tertentu (agresivitas, hiperaktif, melukai diri sendiri, dsb.).

§ Speech – Language Therapy (Terapi Wicara), meliputi tetapi tidak terbatas pada usaha penanganan gangguan asosiasi dan gangguan proses auditory/pendengaran.

§ Komunikasi, peningkatan kemampuan komunikasi, seperti PECS (Picture Exchange Communication System), bahasa isyarat, strategi visual menggunakan gambar dalam berkomunikasi dan pendukung-pendukung komunikasi lainnya.

§ Pelayanan Autisme Intensif, meliputi kerja team dari berbagai disiplin ilmu yang memberikan intervensi baik di rumah, sekolah maupun lngkungan sosial lainnya.

§ Terapi yang bersifat Sensoris, meliputi tetapi tidak terbatas pada Occupational Therapy (OT), Sensory Integration Therapy (SI) dan Auditory Integration Training (AIT).

Dengan adanya berbagai jenis terapi yang dapat dipilih oleh orang tua, maka sangat penting bagi mereka untuk memilih salah satu jenis terapi yang dapat meningkatkan fungsionalitas anak dan mengurangi gangguan serta hambatan autisme. Sangat disayangkan masih minim data ilmiah yang mampu mendukung berbagai jenis terapi yang dapat dipilih orang tua di Indonesia saat ini. Fakta menyebutkan bahwa sangat sulit membuat suatu penelitian mengenai autisme. Sangat banyak variabel-variabel yang dimiliki anak, dari tingkat keparahan gangguannya hingga lingkungan sekitarnya dan belum lagi etika yang ada didalamnya untuk membuat suatu penelitian itu sungguh-sungguh terkontrol. Sangat tidak mungkin mengkontrol semua variabel yang ada sehingga data yang dihasilkan dari penelitian-penelitian sebelumnya mungkin secara statistik tidak akurat.

Tidak ada satupun jenis terapi yang berhasil bagi semua anak. Terapi harus disesuaikan dengan kebutuhan anak, berdasarkan pada potensinya, kekurangannya dan tentu saja sesuai dengan minat anak sendiri. Terapi harus dilakukan secara multidisiplin ilmu, misalnya menggunakan; okupasi terapi, terapi wicara dan terapi perilaku sebagai basisnya. Tenaga ahli yang menangani anak harus mampu mengarahkan pilihan-pilihan anda terhadap berbagai jenis terapi yang ada saat ini. Tidak ada jaminan apakah terapi yang dipilih oleh orang tua maupun keluarga sungguh-sungguh akan berjalan efektif. Namun demikian, tentukan salah satu jenis terapi dan laksanakan secara konsisten, bila tidak terlihat perubahan atau kemajuan yang nyata selama 3 bulan dapat melakukan perubahan terapi. Bimbingan dan arahan yang diberikan harus dilaksanakan oleh orang tua secara konsisten. Bila terlihat kemajuan yang signifikan selama 3 bulan maka bentuk intervensi lainnya dapat ditambahkan. Tetap bersikap obyektif dan tanyakan kepada para ahli bila terjadi perubahan-perubahan perilaku lainnya.